Tampilkan postingan dengan label Bahasa Indonesia XI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bahasa Indonesia XI. Tampilkan semua postingan

Rabu, 11 April 2012

Teori dan Tekhnik Teater

Teori dan Tekhnik Teater

BEBERAPA PENGERTIAN
Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan.

ARTI DRAMA

Arti pertama dari drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axciting), dan ketegangan pada para pendengar.

Arti kedua, menurut Moulton, drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).


Menurut Ferdinand Brunetierre, drama haruslah melahirkan kehendak dengan action.


Menurut Balthazar Vallhagen, drama adalah kesenian melukiskan sifat manusia dengan gerak.


Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience).








ARTI TEATER
Ada yang mengartikan sebagai “gedung pertunjukan”, ada yang mengartikan sebagai “panggung” (stage). Secara etimologi (asal kata), teater adalah gedung pertunjukan (auditorium).

Dalam arti luas teater adalah kisah hidup dah kehidupan manusia yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Misalnya wayang orang, ludruk, lenong, reog, dulmuluk.

Dalam arti sempit teater adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan dalam pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media, gerak, percakapan dan laku, dengan atau tanpa dekor (layer); Didasarkan pada naskah yang tertulis (hasil seni sastra) dengan atau tanpa musik.

APA PERBEDAAN DRAMA DENGAN TEATER
Teater dan drama, memiliki arti yang sama, tapi berbeda uangkapannya.Teater berasal dari kata yunanikuno "theatron" yang secara harfiah berarti gedung/tempat pertunjukan. Dengan demikian maka kata teater selalu mengandung arti pertunjukan/tontonan. Drama juga dari kata yunanai 'dran' yang berarti berbuat, berlaku atau beracting. Drama cenderung memiliki pengertian ke seni sastra. Didalam seni sastra, drama setaraf dengan jenis puisi, prosa/esai. Drama juga berarti suatu kejadian atau peristiwa tentang manusia. Apalagi peristiwa atau cerita tentang manusia kemudian diangkat kesuatu pentas sebagai suatau bentuk pertunjukan maka menjadi suatu peristiwa Teater. Kesimpulan teater tercipta karena adanya drama.

TEATER SEBAGAI ORGANISASI
Proses Teater merupakan sebuah proses organisasi (bentuk kerja kolektif; di mana segala macam orang dengan segala macam fungsinya tergabung dalam suatu koordinasi yang rapi,dan juga mencakup juga pengertian sampai batas-batas yang sentimentil), seperti hal nya diri manusia itu sendiri, atau layaknya seperti sebuah negara. Keberhasilan suatu pertunjukan teater dapat juga sebagai keberhasilan suatu seni organisasi; baik organisasi penyelenggaraannya (panitia produksi) maupun segi seni-seninya (penyutradaraan, penataan set, permainan, musik dan unsur-unsur lain).

Berikut ini contoh elemen dari sebuah grup teater dalam mengadakan sebuah produksi.
- Pimpinan Produksi
- Sekretaris Produksi
- Keungan Produksi / Bendahara
- Urusan Dokumentasi
- Urusan Publikasi
- Urusan Pendanaan
- Urusan Ticketing atau karcis
- Urusan Kesejahteraan
- Urusan Perlengkapan
- Sutradara
- Art Director / Pimpinan Artistik
- Stage Manager
- Property Master
- Penata Cahaya
- Penata Kostum
- Penata setting
- Perias / Make Uper
- Penata Cahaya
- Penata Musik

Setiap elemen memiliki tugas sendiri-sendiri dan sudah seharusnya untuk bertanggungjawab penuh atas tugas itu (secara profesional). Sebagai contoh seorang urusan pendanaan, ia harus memikirkan seberapa besar dana yang dibuhtuhkan? Dari mana dana itu didapatkan. Begitupula seorang Sutradara yang bertanggung jawab atas pola permainan panggung; (akting pemain, cahaya, bunyi-bunyian, set, property dan lain-lain).

Jikalau kita memandang elemen dalam grup teater, ada kesamaan dengan elemen dalam tubuh kita sendiri; setiap organ tubuh memiliki fungsi sendiri, tetapi saling berhubungan dan tergabung dalam fungsi yang sempurna. Teater ibarat laboratorium kehidupan itu sendiri, seperti yang diungkapkan Peter Brook “Teater akan menjadi tempat yang indah bagi orang-orang yang mabuk dan kesepian, Teater merupakan sebuah tindak budaya, Teater bukanlah tempat untuk melarikan diri ataupun untuk mencari perlindungan”.

RUMUSAN TEATER
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujutkan dalam suatu karya seni suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan kehidupan manusia.

Dari rumusan diatas dapt ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur teater menurut urutannya adalah sebabagai berikut :

1. Tubuh, manusia sebagai unsur utama ( pemeran/pelaku/pemain)
2. Gerak, sebagai unsur penunjang.
3. Suara, sebagai unsur penunjang ( kata/untuk acuan pemeran)
4. Bunyi, sebagai unsur penunjang ( bunyi benda,efek dan musik).
5. Rupa sebagai unsur penunjang ( cahaya, rias dan kostum.).
6. Lakon sebagai unsur penjalin ( cerita,non cerita,fiksi dan narasi ).

WORKSHOP KEAKTORAN
-------------------------------
A. TUBUH

1. Relaksasi
Realaksasi adalah hal pertama yang haru dilakukan dengan cara menerima keberadaan dirinya. Relaksasi bukan berarti berada dalam keadaan pasif (santai) tetapi keadaan dimana semua kekangan yang ada di tubuh terlepas.

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh aktor adalah kebutuhan untuk relaksasi. Baik itu di dalam kelas, dalam latihan, di atas panggung, maupun paska produksi. Relaksasi adalah hal yang sangat penting bagi semua performer. Relaksasi bukanlah keadaan menta dan fisik yang tidak aktif, melainkan keadaan yang cukup aktif dan positif. Ini memungkinkan seorang aktor untuk mengekspresikan dirinya saat masih didalam kontrol faktor-faktor lain yang bekerja melawan cara pemeranan karakter yang baik. Jadi, relaksasi adalah hal yang penting dalam upaya mencapai tujuan utama dari seorang performer.

Segala sesuatu yang mengalihkan perhatian ataupun yang mencampuri konsentrasi seorang aktor atas sebuah karakter, cenderung dapat merusak relaksasi. Aktor pemula biasanya tidak dapat dengan mudah merespons sebuah perintah untuk relak, hal ini disebabkan berkaitan dengan aspek-aspek fisik kepekaan dan emosi akting ketika berada dihadapan penonton. Dengan kata lain, dalam keadaan rileks, aktor akan menunggu dengan tenang dan sadar dalam mengambil tempat dan melakukan akting. Untuk mencapai relaksasi atau mencapai kondisi kontrol mental maupun fisik diatas panggung, konsentrasi adalah tujuan utama. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran dan tubuh. Seorang aktor harus dapat mengontrol tubuhnya setiap saat dengan pengertian atas tubuh dan alasan bagi perilakunya. Langkah awal untuk menjadi seorang aktor yang cakap adalah sadar dan mampu menggunakan tubuhnya dengan efisien.

2. Ekspresi
Kemampuan Ekspresi merupakan pelajaran pertama untuk seorang aktor, dimana ia berusaha untuk mengenal dirinya sendiri. Si aktor akan berusaha meraih ke dalam dirinya dan menciptakan perasaan-perasaan yang dimilikinya, agar mencapai kepekaan respons terhadap segala sesuatu. Kemampuan ekspresi menuntut teknik-teknik penguasaan tubuh seperti relaksasi, konsentrasi, kepekaan, kreativitas dan kepunahan diri (pikiran-perasaan-tubuh yang seimbang) seorang aktor harus terpusat pada pikirannya.

Kita menggunakan cara-cara non linguistik ini untuk mengekspresikan ide-ide sebagai pendukung berbicara. Tangisan, infleksi nada, gesture, adalah cara-cara berkomunikasi yang lebih universal dari pada bahasa yang kita mengerti. Bahkan cukup universal untuk disampaikan kepada binatang sekalipun.

3. Gesture
Gesture adalah impuls (rangsangan), perasaan atau reaksi yang menimbulkan energi dari dalam diri yang selanjutnya mengalir keluar, mencapai dunia luar dalam bentuk yang bermacam-macam; ketetapan tubuh, gerak, postur dan infleksi (perubahan nada suara, bisa mungkin keluar dalam bentuk kata-kata atau bunyi).

4. Gestikulasi
Bahasa tubuh adalah media komunikasi antar manusia yang menggunakan isyarat tubuh, postur, posisi dan perangkat inderanya. Dalam media ini, kita akan memahami bahasa universal tubuh manusia dalam aksi maupun reaksi di kehidupan sehari-hari.

5. Olah Mimik
Perangkat wajah dan sekitarnya, menjadi titik sentral yang akan dilatih. Dalam olah mimik ini, kita akan memaksimalkan delikan mata, kerutan dahi, gerakan mulut, pipi, rahang, leher kepala, secara berkesinambungan.

Mimik merupakan sebuah ekspresi, dan mata merupakan pusat ekspresi. Perasaan marah, cinta, dan lain-lain akan terpancar lewat mata. Ekspresi sangatlah menentukan permainan seorang aktor. Meskipun bermacam gerakan sudah bagus, suara telah jadi jaminan, dan diksi pun kena, akan kurang meyakinkan ketika ekspresi matanya kosong dan berimbas pada dialog yang akan kurang meyakinkan penonton, sehingga permainannya akan terasa hambar.

6. Olah Tubuh
Warming-Up atau pemanasan sebaiknya menjadi dasar dalam pelajaran acting. Melatih kelenturan tubuh, memulai dari organ yang paling atas, hingga yang paling bawah. Latihan ini ditempuh untuk mencapai kesiapan secara fisik, sebelum menghadapi latihan-latihan lainnya.

Olah tubuh bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan pada balet, namun kalau di Indonesia sangat mungkin berangkat dari pencak silat atau tari daerahnya masing-masing seperti kebanyakan aktor cirebon dengan masres (sejenis teater tradisional cirebon) yang banyak menguasai tari topengnya, juga tentu di Bali, Sunda dan banyak tempat yang berangkat dari tradisinya dan kemudian dikembangkan pada tujuan pemeranan,.

Bowskill daalam bukunya menyatakan “Stage and Stage Craft”, yang katanya Apa yang kau lakukan dengan kedua tanganku. Pertanyaan tersebut dilanjutkannya pula dengan Apa yang harus aku lakukan dengan kedua kakiku. Banyak aktor pemula selalu gagal dalam menampilkan segi kesempurnaan Artistik, karena pada waktu puncak klimaks selalu diserang oleh kekakuan, mengalami ketegangan urat.

Kekejangan ini memberikan pengaruh buruk pada emosi bagi pemeran yang sedang menghayati perannya, apabila hal ini menimpa organ suara maka seorang yang mampunyai suara baik menjadi parau bahkan bisa kehilangan suara, jika kekejangan itu menyerang kaki maka orang itu berjalan seakan lumpuh, jika menimpa tangannya akan menjadi kaku.

Untuk mengendurkan ketegangan urat ada bermacam cara latihan, dengan melalui latihan gerak, senam, tari-tari. Hingga gerakkan dapat tercipta dengan gerakan artistic, dan dapat lahir dari inter akting (gerakan dalam).

Olah tubuh sebaiknya dilakukan sau jam setengah setiap hari, dalam dua tahun terus menerus, untuk memperoleh aktor yang enak dipandang mata, subjeknya: Senam irama; Tari Klasik, Main anggar, berbagai jenis latihan bernapas, latihan menempatkan suara diksi, bernyanyi, pantomim, tata rias.

B. SUARA
Penguasaan suara dalam seni acting pada dasarnya adalah penguasaan diri secara utuh, karena kedudukan suara dalam hal ini hanyalah merupakan salah satu alat ekspresi dan totalitas diri kita sebagai seorang pemain (aktor). Pengertian ‘penguasaan diti secara utuh’ menuntut suatu keseimbangan seluruh aspek serta alat-alatnya, baik yang menyangkut kegiatan indrawi, perasaan, pikiran atau yang bisa disebut segi-segi dalam dari seni acting, maupun yang menyangkut segi-segi luarnya seperti tubuh dan suara. Ketimpangan akan menghasilkan ketimpangan.

Pernapasan Diafragma
Otot-otot akan berkembang dan menegang ketika kita menghisap napas, hanya bagian inilah yang tegang. Kemudian otot-otot samping bagian punggung pun ikut pula mengembang lalu mengempis saat napas dihembuskan kembali.

Posisi diafragma adalah diantara rongga dada dan rongga perut. Pernapasan melalui diafragma inilah yang dirasakan paling menguntukan dalam berolah vocal, sebab tidak mengakibatkan ketegangan pada peralatan pernapasandan peralatan suara dan juga mempunyai cukup daya untuk pembentukan volume suara. Keuntungan lain yang diperoleh adalah pada saat ita menahan napas otot-otot diafragma tersebut tegang, ketegangan otot ini justru melindungi bagian lemah badan kita yakni ulu hati. Pernapasan ini sangat baik dalam usaha menghimpun “tanaga dalam” yang mengolah vibrasi, karena pernapasan diafragma akan memudahkan kita dalam mengendalikan dan mengatur penggunaan pernapasan.

Berlatih pernapasan banyak ragam dan caranya. Latihan pernapasan bisa dilakukan dengan berbagai cara, dari cabang-cabang beladiri seperti pencak silat, karate, atau berenang sekalipun. Namun ada beberapa catatan penting yang harus dilakukan untuk tujuan pernapasan dalam pemeranan (acting)
Read More..

Pementasan Drama

Pementasan Drama



Drama ditulis dengan maksud dipentaskan. Jadi, kurang lengkap jika naskah drama tidak dipentaskan. Kita dapat menikmati dan mengapresiasi cerita drama secara lengkap melalui pementasan. Pementasan drama harus melibatkan berbagai unsur pendukung. Unsur tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu:

Unsur utama, yang terdiri atas sutradara, pemain, teknisi (pekerja panggung), dan penonton.



Unsur pendukung, yang terdiri atas pentas dan komposisinya, kostum, tata rias, pencahayaan, tata suara, dan ilustrasi musik.

Pada saat akan menganalisis pementasan drama kamu bukan hanya melihat unsur utama dan unsur ceritanya saja (tokoh, konflik, latar, penggarapan bahasa, tema, dan pesan), melainkan harus melihat unsur pendukung. Berikut ini adalah langkah-langkah pementasan drama.

1. Menyusun naskah berdasarkan ide asli atau saduran dari kisah-kisah yang telah ada.
2. Lakukan pembedahan secara bersama-sama terhadap isi naskah yang akan dimainkan. Tujuannya agar semua calon pemain memahami isi naskah yang akan dimainkan itu.
3. Calon pemain membaca keseluruhan naskah sehingga dapat mengenal masing-masing peran.
4. Melakukan pemilihan peran (Casting). Tujuannya agar peran yang akan dimainkan desuai dengan kemampuan akting pemain.
5. Mendalami peran yang akan dimainkan. Pendalaman peran dilakukan dengan mengadakan pengamatan di lapangan. Misalnya, kalau peran kita sebagai seoarang tukang jamu, lakukanlah pengamatan terhadap kebiasaan dan cara kehidupan para tukang jamu. Demikian pula jika kita berperan sebagai seorang raja.
6. Sutradara mengatur teknis pentas, yakni dengan cara mengarahkan dan mengatur pemain. Misalnya, dari mana seorang pemain itu harus muncul dan dari mana mereka berada ketika dialog dimainkan (Blocking) .
7. Pemain menjalani latihan secara lengkap, mulai dari dialog sampai pengaturan pentas (Running).
8. Gladi Resik atau latihan terakhir sebelum pentas. Semua bermain dari awal sampai akhir pementasan tanpa ada kesalahan lagi.
9. Pementasan yang akan dilaksanakan harus dengan pemain dan dekor yang siap dan lengkap.


Berikut contoh naskah drama.
Jalan desa menuju sawah ladang. Pagi. Sambil berangkat ke sawah-ladang masing-masing, warga desa bicara tentang kabar burung yang mereka dengar
Parmin : "Ah, yang bener. Jangan guyon, 'Wahyu."
Wahyu :"Bener,tanya saja kalau tidak percaya. Semua orang sudah tahu."
Parmin : "Kamu tahu dari siapa?"
Wahyu : "Dibilang semua orang sudah tahu, ya dari orang-orang."
Parmin : "Ya, tapi dari mana asal kabar itu?”
Wahyu : "Saya sendiri tidak tahu. Yang jelas, kabarnya Mbah Joyo akan segera pulang. Itu saja. Tuh, lihat Kamto. Tanya saja sama

dia. Kamto, sini dulu."

Kamto yang nongol dari sisi lain, mendekat.
Parmin : (Tidak Sabar) "Bener Kamto, Mbah Joyo segera pulang?"
Kamto : "Saya dengar begitu, tapi sebaiknya jangan percaya dulu."
Parmin :"Kenapa begitu?"
Kamto :"Karena kabarnya simpang siur. Dari sana lain, dari situ lain. Ada yang bilang begini, ada yang bilang begitu, ada yang

bilang begini-begitu”.
Parmin :"Ya, tapi bagaimana jelasnya? Jangan mutar-mutar begitu."

Dari arah lain muncul Sanwiradji.
Kamto : "Tunggu, tunggu. Kita tanya Kakek Sanwiradji dulu, coba."
Parmin : "Kek, dengan kabar soal Mbah Joyo?"
Sanwiradji : "Seneng?Ya, jelas seneng kalau Mbah Joyo pulang. Ini berita gembira. Kita harus syukuran nanti”.
Parmin : "Lo, jangan senang dulu, jangan syukuran dulu. Kabar itu benar apa tidak?"
Sanwiradji : "Eh, siapa bilang saya tidak gembira? Jelas saya gembira dong."
Pannin : "Lo, saya tahu Kakek gembira. Saya juga gembira kalau berita itu benar. Tapi, berita itu dari mana asalnya? Berita itu

bener atau tidak?”. Sanwiradji : "Apal"
Parmin : "Jelaskan, Kamto. Jelaskan."
Kamto : (Teriak) "Kakek dengar berita dari siapa?"
Sanwiradji : "Lo, kok dari siapa, ya dari Roh Suci pelindung Festival Topeng.
Konon, asal kita mau menebusnya dengan mengadakan selamatan seribu tumpeng, Mbah Joyo bakal dipulangkan."
Parmin : "Tunggu, tunggu .... Aduh, ini kok tidak keruan ceritanyal" (Kesal) "Sudahlah, teruskan ceritarrya Kek ..."
Sanwiradji : "Ya sudah, begitu saja. Kita tinggal selamatan. Parmin, jangan bilang
saya tidak senang ya?".
Parmin diam saja.
Dikutip dari drama Festival Topeng karya Budi Ros
Sumber: Lina Naskah Drama. 2005


Drama
Kata drama berasal dari kata Yunani, draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Jadi, kata drama dapat diartikan sebagai perbuatan atau tindakan. Drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud di pertunjukkan oleh aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah teater. Drama yang memiliki muatan sastra mulai ada pada 1926, yaitu dengan lahirnya karya Rustam Effendi yang berjudul Bebasari.

Boen S. Umaryati membuat pembabakan drama sebagai berikut:

1. Periode I976-1942 (periode kebangkitan)
2. Periode 1942-1945 (periode pembangunan)
3. Periode 1945-1950 (periode awal perkembangan)
4. Periode 1950-1965 (periode perkembangan)

Pada periode kebangkitan, tema dan motif lakonnya sangat bersifat kepahlawanan, pengungkapannya romantis dan idealistis. Sastrawan pada masa ini adalah sebagai berkut

1. Rustam Efendi, karyanya Bebasari
2. Muhammad Yamin, karyanya Ken Arok dan Ken Dedes , Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
3. Sanusi Pane, karyanya Airlangga, Kertajaya, Sandhyakala Ning Majapahit, dan Manusia Baru
4. Armin Pane, karyanya Lukisan Masa dan Setahun di Bedahulu

Periode pembangunan merupakan periode yang produktif. Hal ini ditandai pula dengan munculnya tema-tema romantis-realistis. Sastrawan pada masa ini adalah sebagai berikut:

1. Dr. Abu Hanifah (El Hakim), karyanya Taufan di Atas Asia, Dewi Reni, dan lnsan Kamil.
2. Usmar Ismail, karyanya Citra, Libwan Seniman, dan Mutiara di Nusa laut. Idrus, karyanya Jinak-jinak Merpati, Barang Tiada berharga, dan Antara Bumi dan Langit.

Kamu tentu pernah menyaksikan pementasan drama di sekolahmu. Pementasan drama di kelas biasanya mempertunjukan adegan yang pendek dengan naskah yang singkat dan sederhana. Kamu dapat menulis sendiri naskah drama tersebut. Namun, harus diingat waktu pementasan drama di sekolah, apalagi di kelas waktunya sangat terbatas. Jadi hendaknya ditulis
pula naskah yang singkat dan sederhana. Pementasan drama di kelas biasanya terdiri atas satu babak saja.
Apabila kamu menyaksikan pementasan drama dengan naskah yang ditulis oleh temanmu sendiri, tanggapan apa yang akan kamu berikan? Apa saja yang perlu dibahas untuk menanggapi pementasan tersebut? Hal-hal yang harus kamu perhatikan dan bahas antara lain sebagai berikut.

1. Apakah tema naskah menarik?

Tema yang diangkat untuk naskah drama pentas harus manarik. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat menarik perhatian umum. Tema harus tidak ketinggalan (aptu det) zaman dan mampu memberikan kesan pada penonton.

2. Bagaimana akting para pemeran?

Akting/teknik berperan harus meyakinkan penonton, tidak boleh penonton mengetahui bahwa yang dilakukan hanya sebatas pura-pura. Akting pemain harus mampu membuat penonton yakin tentang segala sesuatu yang dilakukan tokoh.

3. Apakah kerja sama dan kekompakan diterapkan dengan baik di atas panggung?

Pemain drama tidak boleh bersikap egois dan ingin menonjolkan diri sendiri pada waktu pemetasan. Mereka harus kerja sama antarpemain karena pertunjukan merupakan kerja bersama. Apabila pemain yang satu tidak merespons pemain lain dengan baik, pementasan akan terlihat tidak menarik.

4. Bagaimana kepaduan unsur pementasan tersebut?

Yang dimaksud kepaduan adalah kesesuaian antara cerita naskah dan akting pemain, tata rias (mek ap), busana, musik, dan sebagainya. Apabila unsur tersebut padu, pementasan drama menjadi satu kesatuan pertunjukan yang menarik.
Read More..

Mengenai Resensi Buku


Resensi buku secara harpiah berarti opini (pendapat atau komentar) atau perbincangan tentang suatu buku. Perbincangan dimaksud berupa tulisan yang dimuat disuatu media berisi penilaian tentang kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik tidaknya tema dan isi buku itu, kritikan dan memberi dukungan kepada publik tentang perlu tidaknya buku itu dibaca.


Penulis resensi disebut peresensi. Umumnya seorang peresensi buku adalah orang yang rajin dan senang membaca buku. Semakin banyak jenis buku yang dibaca maka akan semakin luas wacana yang dimiliki seorang peresensi. Dalam hal ini akan semakin tajam pisau analisis dalam mengkritik buku yang akan diresensinya.
Bekal yang harus dimiliki seorang peresensi utamanya pemula, antara lain :
 Memahami tujuan pengarang dengan karya yang dibuatnya.
 Memiliki tujuan dalam memuat resensi buku. Misalnya, ingin memberi masukan baik itu berupa kritik maupun saran bagi perbaikan buku tersebut atau bertujuan untuk mengajak publik membaca buku itu karena penting.
 Mengenal atau mengetahui selera dan tingkat pemahaman pembaca. Maksudnya peresensi harus mengenali pangsa pasar atau konsumen media massa yang akan dikirimi naskah resensi, hal ini penting karena menyangkut gaya bahasa dalam memberikan penilaian terhadap sebuah buku.
 Hendaknya mempunyai pengetahuan dan meguasai berbagai disiplin ilmu sebagai tolak ukur ketika mengemukakan keunggulan dan kelemahan sebuah buku. Penguasaan memadai tentang agama diperlukan saat hendak meresensi buku agama, pemahaman masalah kesusastraan dibutuhkan saat meresensi buku sastra, dan seterusnya.
 Alangkah baiknya jika seorang peresensi, selain menjadi pengamat buku juga sebagai kolektor buku. Denga begitu dia akan mudah ketika membandingkan kualitas buku yang diresensinya dengan buku lain yang setema atau beda tema dengan penulis yang sama.
Sebuah tulisan resensi buku biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Bagian pendahuluan, berisi informasi obyektif atau identitas buku yang meliputi judul, penulis, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman dan bila perlu harga buku tersebut.
2. Bagian isi, berisi ulasan tentang tema atau judul buku (mengacu kepada daftar isi) atau gambaran tentang gambaran kesewluruha isi buku dan informasi tentang latar belakang serta tujuan penulisan buku tersebut.
3. Bagian penutup, pada bagian ini peresensi menilai bobot atau kualitas dan isi buku tersebut secara keseluruhan, menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, memberi kritik atau saran kepada penulis dan penerbitnya (misalnya menyangkut cover, judul, editing) serta memberi pertimbangan kepada pembaca tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca /dibeli.
Biasanya pada halaman belakang sebuah buku terdapat semacam sinopsis singkat. Ditulis oleh penerbitnya sebagai gambaran singkat isi buku sekaligus berpromosi, menarik minat orang untuk membaca dan membeli buku tersebut.
Read More..